Rabu, 17 Desember 2014

Makalah Dasar-Dasar Akuntansi

DASAR-DASAR AKUNTANSI

1.    Kas
-    Rekonsiliasi
-    Kas Kecil
2.    Piutang Dagang
3.    Wesel & Promes
4.    Persediaan
-    Pengertian Persediaan
-    Pentingnya Persediaan
-    Penentuan Persediaan
-    Penentuan Kwantitas Persediaan
-    Penentuan Nilai Persediaan
5.    Aktiva Tetap
-    Pengertian A.T
-    Penggolongan A.T
-    Masalah-Masalah Akuntansi untuk A.T
-    Penentuan Harga Perolehan
-    Depresiasi
6.    Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur
7.    Hutang Jangka Panjang
8.    Modal Saham
9.    Laba Yang Ditahan dan Dividen

Nama    : Cannael Takalamingan
Kelas    :                             3 MB 2

POLITEKNIK NEGERI MANADO
KAS
A. PENGERTIAN KAS

Kas merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang, dan dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Dalam prakteknya, kadang kas dikelompokkan menjadi dua yaitu Kas Kecil dan Kas Besar. Kas Kecil digunakan untuk operasional sehari-hari dan jumlahnya tidak terlalu besar. Biasanya digunakan untuk biaya operasional seperti biaya administrasi, biaya telepon, listrik, dll. Kas besar biasanya digunakan untuk menampung penerimaan Piutang, Pinjaman bank, pengeluaran untuk membayar utang, pengeluaran untuk membeli aktiva.

Kas sangat penting artinya karena, menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu penting karena, perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi liquiqitas yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi.

Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas yaitu :

a. Kas terlalu terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan.
b. Kas merupakan harta yang siap dan muda untuk digunakan dalam transaksi serta  ditukarkan dengan harta lain, mudah dipindahkan dan beragam tanpa tanda pemilik.
c. Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus di jaga sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak dan tidak kurang.

Pengolahan kas dapat dikriteriakan sebagai berikut :
a. Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah
b. Dapat digunakan setiap saat bila dikehendaki
c. Penggunaannya secara bebas
d. Diterima sesuai nilai nominalnya pada saat diuangkan tersebut.

Kas terdiri dari saldo kas yang ditangan perusahaan dan termasuk rekening giro. Setoran kas adalah asset yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi dan dengan cepat dapat dijadikan menjadi kas.

KOMPOSISI KAS

Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk peluanasan utang, sebagai setoran ke bank, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller’s checks, cashier’s checks, bank draft dan money order. Untuk dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dikelompokkan dalam kas. Jika ada wesel tagih yang diserrahkan ke bank untuk ditagihkan,maka wesel tagih ini tetap dicatat sebagai piutang wesel sampai dilunasi oleh yang membuat wesel. Kadang-kadang perangko dapat digunakan untuk pembayaran yang jumlahnya kecil, tetapi perangko tidak akan diterima sebagai setoran oleh bank, maka perangko bukan kas.

Cek mundur (post dated checks) tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal dimana cek dapat diuangkan.Cek mundur termasuk dalam kelompok piutang.

Surat-surat berharga seperti saham-saham dan obligasi mungkin dapat segera dijual dan menjadi uang tunai, tetapi sebelum dujual surat-surat berharga tersebut tidak termasuk kelompok kas. Sebelum dijual surat berharga tetap dilaporkan sebagai investasi jangka pendek.

Simpanan dalam bank-bank diluar negeri menimbulkan suatu masalah khusus karena mata uang yang berbeda.Oleh karena itu simpanan di bank luar negeri harus dikurskan dalam rupiah.Sering kali simpanan-simpanan di bank luar negeri tidak dapat diambilsewaktu-waktu, oleh karena itu dalam neraca simpanan tadi akan dilaporkan terpisah.

Uang kas yang dibatasi penggunaannya, biasanya dalam bentuk dana, tidak dimasukkan dalam kas tetapi dilaporkan terpisah sebagai dana. Jika penggunaannya masih dalam waktu satu tahun, maka termasuk dalam kelompok aktiva lancer, tetapi jika tidak dapat digunakan dalam waktu satu tahun,maka dilaporkan dalam kelompoka aktiva tidak lancar.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Dalam arti luas: Pengendalian Intern dapat disamakan dengan “Manajemen Control”, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan perusahaan. Dalam pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi, formulir-formulir dan prosedur pembukuan dan laporan (Administrasi), budget dan standart pemeriksaan intern dan sebagainya.

Prinsip-prinsip Sistem Pengendalian Intern
Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi, suatu sistem harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian intern yang meliputi (Bambang Hartadi, 1999 : 130) :
1. Pemisahan fungsi
Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan pengawasan segera atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi untuk dapat mencapai suatu efisiensi pelaksanaan tugas.
2. Prosedur pemberian wewenang
Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah diotorisir oleh orang yang berwenang.
3. Prosedur dokumentasi
Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan sistem pengendalian akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasar penetapan tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan akuntansi.
4. Prosedur dan catatan akuntansi
Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat disiapkannya catatan-catatan akuntansi yang yang teliti secara cepat dan data akuntansi dapat dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu.
5. Pengawasan fisik
Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan elektronis dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi.
6. Pemeriksaan intern secara bebas
Menyangkut pembandingan antara catatan asset dengan asset yang betul-betul ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol dan mengadakan perhitungan kembali penerimaan kas. Ini bertujuan untuk mengadakan pengawasan kebenaran data.

B. PENGENDALIAN KAS
Pengendalian kas ada 2 yaitu:
1. Pengendalian untuk Penerimaan Kas
• Semua penerimaan kas harus segera dicatat
• Hendaknya semua penerimaan kas pada hari itu juga harus disetor ke bank
• Adanya pemisahan fungsi antara petugas yang menangani penerimaan kas dilakukan dengan mesin cash register
2. Pengendalian untuk Pengeluaran Kas
• Semua pengeluaran kas harus dilalakukan dengan menggunakan cek, kecuali pengeluaran yang jumlahnya kecil yang tidak efisien jika dilakukan menggunakan cek dapat dilakukan dengan menggunakan dana kas kecil.
• Cek harus ditandatangani minimal 2 orang pejabat
• Cek yang batal digunakan/salah tulis harus diasir dengan rapi
• Hendaknya diberikan cap lunas untuk bukti dan cek yang sudah dikeluarkan


C. REKONSILIASI BANK
Apabila setiap penerimaan uang disetor ke bank dans etiap pengeluaran uang (kecuali jumlahnya relative kecil) menggunakan cek maka rekening kas akan dapat dibandingkan dengan laporan bank. Biasanya laporan bank diterrima bulanan dan akan direkonsiliasi dengan catatan kas dan catatan bank. Selain itu rekonsiliasi juga beguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi laporan bank sebaiknya dibuat oleh pegawai yang tidak mempunyai kepentingan terhadap kas, agar penyusunan rekonsiliasi bank ini dapat digunakan untuk mengecek catatan-catatan kas dan bank. Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan itu adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada.

Hal-hal yang menimbulkan perbedaan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan tetapi belum dicatat oleh bank.
Contoh :
a. Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi belum diterima oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan).
b. Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan, atetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya,karena laporan bank sudah terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan).
c. Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank.

2. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan
Contoh :
a. Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro).
a. Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya.

3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya.
Contoh :
a. Cek-cek yang beredar (outstanding checks) yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran kas tetapi oleh yang meneriman belum diuangkan sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran.
b. Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar,maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode.

4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Contoh :
a. Cek dari langganan yang ditolak oleh perusahaan karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
b. Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
c. Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.


Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda :
1. Rekonsiliasi saldo akhir yang bisa dibuat dalam 2 bentuk :
a. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar
b. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.
2. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dansaldo akhir yang bisa dibuat 2 bentuk :
a. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom).
b. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukan saldo yang benar (8 kolom).


D. KAS KECIL

Dana kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relative kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek.

Dalam hubungannya dengan kas kecil, ada 2 metode yang dapat digunakan yaitu (a) system imprest (b) metode fluktuasi.

a. Sistem Imprest.
Didalam system ini jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap,yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Oleh kasir kas kecil, cek tadi diuangkan ke bank dan uangnya digunakan untukmembayar pengeluaran-pengeluaran kecil. Setiap kali melakukan pembayaran kasir kas kecil harus membuat bukti pengeluaran.

b. Metode Fluktuasi
Dalam metode fluktuasi pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara sama seperti dalam metode system imprest. Perrbedaan dengan system imprest adalah dalam metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembalidan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Dalam metode fluktuasi setiap terjadi pengeluaran uang dari kas kecil langsung dicatat. Jadi buku pengeluarna kas kecil mempunyai fungsi sebagai buku jurnal dan menjadi dasar pembukuan kerekening-rekening buku besar.Karena pencatatan dilakukan setaip kali terjadi pengeluaran, maka rekening kas kecil didebit sebesar uang yang diterima.


E. LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas merupakan penerimaan kas dan pembayaran kas ( pengeluaran kas). Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang digolongkan sesuai dengan kegiatan utama entitas : operasi,investasi, dan pembelanjaan. Laporan tersebut melaporkan arus masuk kas bersih atau keluar kas bersih dari setiap kegiatan dan untuk semua kegiatan usaha.

Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas entitas selama suatu periode. Tujuan keduanya adalah untuk melaporkan kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan suatu entitas selama periode berjalan.

Manfaat Laporan Arus Kas :
1. Kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan.
2. Kemampuan entitas untuk membayar dividen dan memenuhi kewajibannya.
3. Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi.
4. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan nonkas selama suatu periode.



PIUTANG DAGANG

Definisi Piutang :
1.      Prof. Dr. Zaki Baridwan
Piutang adalah tagihan pada pihak lain (debitur ) atau langganan sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau memberikan pinjaman pada karyawan, memberi uang muka pada anak perusahaan atau penjualan aktiva tetap .
2.      Efraim Ferdinan G, (1993 )
Piutang adalah tuntutan kepada pihak lain untuk memperoleh uang, barang atau jasa tertentu ( aktiva ) pada masa yang akan datang, sebagai akibat penyerahan barang atau jasa yang dilakukan saat ini.
Klasifikasi piutang menurut IAI dalam PSAK No. 9 paragraf 07e :
A.     Piutang dagang ( Account receivable )
B.     Piutang wesel ( Note receivable )
C.     Piutang lain-lain

Piutang Dagang
    Piutang dagang menunjukan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaan secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang dagang. Piutang dagang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancer.
Masalah-masalah akuntansi yang bersangkutan dengan piutang dagang meliputi :
a.       Pengakuan piutang dagang
b.      Penilaian piutang dagang
c.       Pengalihan piutang dagang

Pengakuan Piutang Dagang
Contoh : pada tanggal 1 juli 2010 PT. Merapi menjual barang kepada PT.Binar seharga Rp. 100.000 dengan termin 2/10,n/30. Pada tanggal 5 juli, barang seharga Rp.10.000 dikembalikan oleh PT.Binar kepada PT.Merapi. tanggal 11 juli, PT.Merapi menerima pembayaran dari PT.Binar sebesar saldo tagihannya. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut.
Jurnal transaksi
1 juli 2010
        Piutang dagang …………………….. 100.0000
            Penjualan ……………………………… 100.000
        ( penjualan kredit kepada PT.Binar )

5 juli 2010
        Retur dan pot. Penjualan …………… 10.000
            Piutang dagang ……………………….. 10.000
11 juli 2010
        Kas…………………………………. 88.200
        Pot. Tunai penjualan ………………..  1800
           Piutang dagang …………………….. 90.000

Penilaian Piutang Dagang
Kerugian piutang
Di tinjau dari sudut pandangan manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang diterapkan oleh perusahaan sudah tepat. Kerugian piutang yang terlalu rendah memberi petunjuk bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu ketat, sebaliknya kerugian piutang yang terlalu tinggi dapat diartikanbahwa kebijakan perusahaan terlalu longgar. Pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode cadangan dan metode penghapusan langsung.
Metode cadangan 
Metode cadangan ini digunakan apabila kerugian piutang yang biasa terjadi, cukup besar jumlahnya.
Pencatatan taksiran kerugian piutang
Contoh : PT. kerinci pada tahun 2010 melakukan penjualan kredit sebesar Rp. 1200.000. Dari jumlah tersebut terdapat piutang sebesar Rp. 200.000 yang belum dapat ditagih sampai tanggal 31 Desember. Manajer kredit memperkirakan piutang tak tertagih sebesar Rp. 12000 diantaranya tidak mungkin dapat diterima. Buatlah jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk mencatat taksiran kerugian piutang ?
 Des. 31        kerugian piutang ………………………….12000
                Cadangan kerugian piutang…………….. 12000
Kerugian piutang dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai biaya operasi. Transaksi tersebut pada akhir tahun tidak ditutup, melainkan dicantumkan dalam neraca pada kelompok aktiva lancer sebagai pengurang terhadap rekening piutang dagang,
            Piutang dagang ………………………….200.000
            Cadangan kerugian piutang  ……………. (12.0000) 188.000
Jumlah 188.000 adalah nilai kas bersih yang bisa direalisasi dari piutang dagang yang dilaporkan pada tanggal neraca.
Pencatatan penghapusan piutang
Apabila segala upaya untuk menagih piutang yang sudah lewat waktu tidak mendapatkan hasil, dan perusahaan berkeyakinan bahwa piutang tersebut tidak mungkin dapat diterima pelunasannya, maka piutang tersebut harus dihapus dari pembukuan.
Contoh : PT.kerinci pada 1 Mei 2010 memberikan persetujuan bahwa piutang pada  PT. Semeru sebesar Rp.500 dihapus dari pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya. Buatlah jurnal penghapusan piutang tersebut.?
Mei  1        cadangan kerugian piutang …………….. 500
                Piutang dagang ……………………..500

PIUTANG DAGANG

    1/1/10 Saldo         200.000            1/5/10            500



CADANGAN KERUGIAN PIUTANG
    1/5/10            500            1/1/10    Saldo        12000



Dalam metode cadangan setiap penghapusan piutang dicatat dengan mendebet rekening cadangan dan bukan rekening kerugian piutang. Bila perusahaan mendebet rekening kerugian piutang maka akan menjadi tidak tepat karena biaya telah dicatat melalui jurnal penyesuain ketika perusahaan  menaksir jumlah kerugian yang akan diderita pada setiap akhir tahun. Setelah jurnal diatas dibukukan kedalam buku besar, maka rekening-rekening yang bersangkutan akan nampak seperti berikut :



Penghapusan suatu piutang akan mengurangi rekening piutang dagang maupun rekening cadangan kerugian piutang, tetapi nilai tunai yang dapat direalisasi dari piutang tetap tidak berubah,seperti dibawah ini :
Sebelum penghapusan         Sesudah penghapusan
Piutang dagang …………………………    Rp.200.000                Rp. 199.500
Cadangan kerugian piutang …………. …( Rp.  12.000)             ( Rp. 11.500)
Nilai tunai piutang ………………….........Rp.188.000                    Rp.188.000

Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus
Apabila terjadi penerimaan kembali suatu piutang yang telah terhapus, maka perusahaan harus membuat dua ayat jurnal yaitu (1)ayat jurnal untuk mencatat balik piutang yang telah dihapus sehingga tercatat kembali dalam pembukuan sebagai piutang,dan (2) jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus.

WESEL dan PROMES
SURAT WESEL

Pengertian Surat Wesel
Pengertian wesel menurut beberapa ahli:
a. K.ST. Pamoentjak dan Achmad Ichsan
Wesel adalah surat perintah dari seseorang yang minta dibayarkan kepada seseorang lain sejumlah yang tersebut dalam surat perintah itu.
b. Abdulkadir Muhammad
Surat wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya, pada tanggal dan tempat tertentu.
c. H.M.N. Purwosutjito
Surat wesel adalah ”Syarat yang memuat kata ”wesel” di dalamnya, ditanggali dan di tandatangani di suatu tempat, dalam mana penerbitannya memberi perintah tidak bersyata kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu tempat tertentu”.Dalam perundang-undangan tidak terdapat perumusan atau definisi tentang surat wesel. Tetapi dalam Pasal 100 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk surat wesel.
Dasar hukum wesel diatur dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 173 KUH Dagang, yang menentukan syarat formal bagi suatu wesel. Di dalam KUH Dagang tidak ditemukan definisi wesel, tersirat dalam Pasal 100 KUH Dagang pada persyaratan formal wesel.

Personil Wesel
Dalam hukum wesel, dikenal beberapa personil wesel, yaitu orang-orang yang terlibat dalam lalu lintas pembayaran dengan surat wesel. Mereka adalah :
a. Penerbit, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda trekker, bahasa Inggrisnya drawee, yaitu orang yang mengeluarkan surat wesel.
b. Tersangkut, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda betrokkene, yaitu orang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar.
c. Akseptan, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda acceptant, bahasa Inggrisnya acceptor, yaitu tersangkut yang telah menyetujui untuk membayar surat wesel pada hari bayar, dengan memberikan tanga tangannya.
d. Pemegang Pertama. Adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda nemer, bahasa Inggrisnya holder, yaitu orang yang menerima surat wesel pertama kali dari penerbit.
e. Pengganti, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda geendosseerde, bahasa Inggrisnya indorsee, yaitu orang yang menerima peralihan surat wesel dari pemegang sebelumnya.
f. Endosan, beraal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda endosant, bahasa Inggrisnya indorser, yaitu orang yang memperalihkan surat wesel kepada pemegang berikutnya.


Syarat-Syarat Formal Surat Wesel
Suatu surat wesel harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang, yang disebut syarat-syarat formal. Menurut ketentuan pasal 100 KUHD, setiap surat wesel harus memuat syarat-syarat formal sebagai berikut:
a. istilah “wesel” harus dimuat dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam bahasa surat itu ditulis.
b. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c. Nama orang yang harus membayarnya (tersangkut).
d. Penetapan hari bayar (hari jatuh).
e. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.
f. Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan.
g. Tanggal dan tempat surat wesel diterbitkan.
h. Tanda tangan orang yang menerbitkan.

Bentuk-bentuk Surat Wesel Khusus
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ada lima macam bentuk surat wesel khusus yaitu :
a. Wesel Atas Pengganti Penerbit
Bentuk surat wesel atas pengganti penerbit (aan eigen order, to own order) dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 1 KUHD yang menyatakan bahwa penerbit dapat menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya penerbit menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai pemegang pertama. Kekhususan bentuk surat wesel semacam ini ialah bahwa kedudukan penerbit sama dengan kedudukan pemegang pertama.
b. Wesel Atas Nama Penerbit Sendiri
Menurut ketentuan Pasal 102 ayat 2 KUHD surat wesel dapat diterbitkan atas penerbit sendiri. Maksudnya penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk membayar, jadi penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak tersangkut. Kekhususannya ialah kedudukan penerbit sama dengan dengan kedudukan tersangkut. Jika wesel ini diakseptasi, penerbitnya terikat baik sebagai penghutang regres maupun sebagai akseptan. Wesel dalam bentuk ini biasanya diterbitkan oleh kantor pusat, yang memerintahkan kantor cabangnya untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat wesel tersebut. Penerbitan surat wesel bentuk ini biasanya dilakukan dalam satu lingkungan perusahaan, misalnya dikalangan perbankan. Penerbit dan tersangkut berada dalam satu lingkungan perusahaan.
c. Wesel Untuk Perhitungan Orang Ketiga
Bentuk surat wesel ini dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 3 KUHD yang menyatakan bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk perhitungan orang ketiga (voor rekening van een derde, for account of a third party). Penerbitan surat wesel dalam bentuk ini bisa terjadi jika seorang pihak ketiga itu untuk tagihannya memungkinkan diterbitkan surat wesel, artinya ia mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena alasan tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit surat wesel, atas perhitungan rekeningnya itu. Biasanya pihak yang diminta untuk menjadi penerbit itu adalah bank, dimana orang ketiga itu mempunyai rekening. Bank inilah yang
bertindak sebagai penerbit surat wesel untuk perhitungan orang ketiga yang menyuruh terbitkan wesel atas perhitungan rekeningnya.
d. Wesel Incasso (wesel untuk menagih)
Wesel Incasso (incasso wissel, collection draft) adalah bentuk surat wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa kepda pemegang pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk diperjualbelikan. Kedudukan penerbit adalah sebagai pemberi kuasa, sedangkan kedudukan pemegang pertama sebagai pemegang kuasa untuk menagih uang. Wsel incasso dimungkinkan oleh Pasal 102 a ayat 1 KUHD. Menurut ketentuan pasal ini, jika dalam surat wesel itu penerbit telah memuat kata-kata “harga untuk ditagih” atau “dalam pemberin kuasa” atau “untuk incasso” atau lain-lain kata yang berarti memberi perintah untuk menagih semata-mata, maka pemegang pertama bisa melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu, tetapi ia tidak bisa mengendosemenkan kepada orang lain, melainkan dengan cara pemberian kuasa.
e. Wesel Berdomisili
Menurut ketentuan Pasal 100 KUHD surat wesel harus memuat nama tempat dimana tersangkut harus melakukan pembayaran. Umumnya pembayaran itu dilakukan di tempat kediaman tersangkut. Tetapi ketentuan ini tidak selalu demikian, bisa juga pembayaran dilakukan di tempat lain. Menurut ketentuan Pasal 103 KUHD ada surat wesel yang harus dibayar ditempat tinggal pihak ketiga, baik tempat tinggal tersangkut, maupun ditempat lain. Surat wesel ini disebut wesel berdomisili.
f. Wesel Aksep atau dikenal dengan nama Bank draft atau Bankers draft.
Bank draft atau Bankers draft adalah surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya (tertarik) untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan. Bank draft ini merupakan cek namun sumber dana pembayarannya adalah berasal dari rekening bank penerbit bukan dari rekening nasabah perorangan.
Keuntungan wesel aksep yaitu masalah yang timbul pada cek adalah bahwa cek tersebut tidak dianggap atau diperlakukan sebagai tunai oleh karena cek tersebut dapat menjadi tidak bernilai apabila dana penerbit cek tidak mencukupi saldonya dan cek tersebut akan dikembalikan kepada
kreditur oleh bank dan si penerima cek akan menghadapi resiko tidak memperoleh pembayaran. Untuk mengurangi resiko tersebut, maka seseorang dapat meminta agar pembayaran dilakukan dengan jenis cek yang dananya dijamin mencukupi yaitu berasal dari dana milik bank yang menerbitkan wesel aksep. Hal ini akan mengurangi resiko kreditur terkecuali bank penerbit pailit atau bank draft tersebut palsu. Guna memastikan bahwa nasabahnya memiliki dana yang cukup guna membayar bank untuk memenuhi kewasjiban si nasabah dalam penerbitan bank draft maka bank akan mendebet rekening nasabahnya seketika itu jiga (termasuk biaya-biaya). Wesel aksep
diperlakukan sama dengan cek yaitu prosedur pencairannya melalui lembaga kliring setempat.

SURAT SANGGUP (SURAT PROMES/AKSEP)
Pengertian Surat Sanggup
Istilah surat sanggup berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda orderbrieffe, bahasa Perancisnya billet a orde, bahasa Inggrisnya promissory note. Dalam undang-undang juga dikenal dengan istilah promesse aan order. Surat sanggup juga disebut surat aksep. Kata aksep berasal dari bahasa Perancis “accept”, artinya setuju. Kata sanggup atau setuju itu mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari pihak penandatangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu (Abdulkadir Muhammad, 2003 :155). Dalam undang-undang tidak terdapat perumusan atau definisi surat sanggup. Tetapi dalam pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk surat sanggup. Syarat-syarat formal tersebut dapat dirumuskan dari pengertian atau definisi surat sanggup itu “sebagai surat yang memuat kata sanggup atau promesse aan order, yang ditandatangani pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penandatangan menyangupi tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan tempat tertentu”


PERSEDIAAN

A.    PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan {inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan erat hubungannya dengan operasional perusahaan, baik perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan maupun industri. Jika penanganan persediaan tidak dilaksanakan dengan baik maka akan mengakibatkan resiko terganggunya proses produksi atau tidak terpenuhinya pesanan pembelian, akibatnya dapat merugikan perusahaan.
Jadi menurut saya dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara berlanjut diperoleh atau diproduksi maupun dijual. Persediaan pada perusahaan industri dan jasa adalah berbeda ditinjau dari sifat dan jenisnya, tetapi fungsinya sama yaitu untuk dijual dan merupakan unsur yang sangat aktif didalam perusahaan.
B.    PENTINGNYA PERSEDIAAN
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikan kepada pelanggan.
•    Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
Menurut saya dengan adanya persediaan yang mencukupi, apabila ada permintaan yang berfluaktuasi dari para konsumen, perusahaan masih tetap dapat melakukan operasi sebagaimana biasanya, karena persediaanya yang ada digudang masih bisa digunakan walau barang-barang yang untuk melakukan operasi mengalami keterlambatan, sehingga dengan adanya persediaan tidak akan menganggu jalnnya operasi perusahaan.
•    Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
Menurut saya peranan yang ini merupakan peranan yang bermanfaat bagi perusahaan, karena apabila produk yang dihasilkan perusahaan tersebut adalah produk musiman, tentu permintaannya terjadi sesuai dengan musimnya, sehingga jika musimnya tiba, dan para pesaing kita dan kita tidak dapat memenuhi pasar, maka kita dapat menutupi permintaan pasar dengan persediaan yang ada didalam perusahaan kita, sehingga kita dapat memnuhi permintaan pasar.
•    Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.
Menurut saya dengan adanya persediaan yang mencukupi, maka apabila ada masalah dengan proses pengiriman bahan dari penyuolai dengan perusahaan, maka dengan adanya persediaan ini dapat mempertahankan stabilitas dan kelancaran proses operasi perusahaan, sehingga perusahaan masih dapat memenuhi permintaan pasar.
•    Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
Dengan adanya persediaan, maka menurut saya proses-proses produksi yang menggunakan mesin, dapat dijalankan secara optimal, karena dengan adanya persediaan, maka proses mesin-mesin dapat diogunakan secaqra terus –menerus dan bergantian, sehingga biaya untuk pemliharaan mesin dapat ditekan, dan mesin dapat digunkan secara optimal untuk menghasilkan produk.
•    Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.
Dengan adanya persediaan, maka jika terjadi permintaan yang berlebih dari para pelanggan, maka perusahaan kita dapat menutupi permintaan tersebut dengan persediaan yang tersedia digudang, sehingga para pelanggan akan merasa dihargai karena kita selalu memenuhi permintaan yang mereka butuhkan, sehingga kita dapat membuat mereka loyal pada perusahaan kita.
•    Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan pengunaan atau penjualannya.
Menurut saya peranan yang ini, dengan adanya persediaan, proses produksi tidak perlu berjalan sesuai dengan penggunaanya, karena dengan adanya persediaan, maka perusahaan harus melihat dulu seberapa banyak persediaan yang mereka miliki, sehingga apabila persediaan berlebih maka perusahaan dapat menggunakan persediaan yang ada dulu.
Dan pengaruhnya terhadap penjulan, maka dengan adanya persediaan, jika penjualan menurun, maka proses produksi dapat dikurangi, karena persediaan masih mencukupi, jika tidak maka, persedeiaan yang ada digudang akan mengalami kelebihan.

       Jadi menurut saya persediaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan karena berfungsi menggabungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen dengan mamaksimumkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan dengan kesalahan yang kecil sehingga produk yang dihasilkan dapat maksimal. Adanya persediaan, dapat memungkinan bagi perusahaan untuk melaksanakan operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat dihilangkan sama sekali atau dimininumkan. Sehingga penggunaan waktu dapat dimaksimalkan dan persedian dapat mencukupi permintaan pasar.
•    Arti Penting Persediaan Produk Jadi
Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda dalam menentukan tingkat persediaan produk jadi yang ada didalam perusahaannya. Tujuan adanya persediaan produk jadi adalah untuk meredam fluktuasi permintaan. Persediaan dapat difungsikan untuk memenuhi kekurangan pasokan produk jadi di pasaran sebagai akibat permintaan yang berlebih. Oleh karena itu tingkat persediaan produk jadi yang ditetapkan manajemen perusahaan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kestabilan pemasokan produk ke pelanggan sehingga persediaan produk jadi sangat memegang peranan penting dalam pemenuhan perimtaan pasar dan konsumen.
Sehingga menurut saya pribadi, fluktuasi permintaan yang terjadi dapat dipenuhi dengan persediaan barang yang diproduksi pada saat sepi, dan persediaan tersebut dapat kita gunakan pada saat permintaan ramai atau meningkat. Biaya persediaan mencakup asuransi, beban bunga, kerusakan, serta pajak. Akumulai persediaan dan produksi yang tidak memenuhi permintaan, akan menyebabkan biaya menjadi meningkat sebagai akibat pembatalan pesanan dan ketidakpuasan pelanggan, sehingga akan berakibat besar pada perusahaan.

C.    PENENTUAN PERSEDIAAN

Untuk menghindari persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, maka besarnya persediaan dapat di tentukan lebih dahulu. Untuk dapat menentukan jumlah persediaan maka harus terlebih dahulu memperhitungkan beberapa factor

1 Kebutuhan Bahan

Besarnya kebutuhan bahan dasar yang di butuhkan untuk berproduksi dalam satu tahun dapat dihitung dengan menghitung jumlah rencana produksi dalam satu tahun. Atau dapat dikatakan bahwa unuk mengetahui kebutuhan bahan dalam satu tahun melalui perkalian standar penggunaan bahan dasar dengan jumlah rencana produksi.

2 Pembelian Bahan Dasar

Jumlah bahan yang harus di beli merupakan jumlah rencana produksi ditambah dengan selisih antara persediaan awal tahun dengan persediaan akhir tahun. Jadi pembelian bahan dasar belun tentu sama dengan kebutuhan barang karena di tentukan juga oleh tingkat persediaan bahan yang bersangkutan.

Dalam hal pengadaan ada 2 cara yang dapat di tempuh, pertama dengan melakukan pembelian barang persediaan sesuai dengan kebutuhan secara sekaligus lalu barang akan di simpan di gudang dan akan dapat di ambil sesuai dengan kebutuhan produksi. Sehingga volume pembelian besar tetapi frekwensinya jarang, hal ini juga berarti perusahaan harus menanggung biaya persediaan yang cukup besar.

Atau cara kedua yaitu dengan membeli dengan jumlah yang kecil tetapi frkwensi pembelian menjadi lebih sering. Cara ini dapat menurunkan biaya penyimpanan persediaan tetapi juga memiliki resiko yang cukup besar berkaitan dengan keterlambatan pengadaan

D.    PENENTUAN KUANTITAS PERSEDIAAN

Untuk menyiapkan laporan keuangan sangat perlu untuk menentukan jumlah atau kuantitas persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada tanggal pelaporan keuangan. Penentuan jumlah persediaan ini dilakukan dengan dua langkah berikut ini:
a) Menghitung persediaan fisik yang ada di perusahaan.
b) Menentukan kepemilikan persediaan yang berada dalam perjalanan.
1. Penghitungan Persediaan Fisik yang Ada di Perusahaan
Penghitungan persediaan fisik ini meliputi aktivitas penjumlahan, penimbangan atau pengukuran jumlah persediaan yang ada saat itu. Penghitungan secara akurat dapat dilakukan jika perusahaan tidak sedang menjual atau menerima barang. Oleh karena itu penghitungan fisik umumnya dilakukan pada saat perusahaan berhenti beroperasi.
Untuk menghindari kesalahan dalam penghitungan fisik perlu diperhatikan aspek aspek pengendalian internal berikut ini:
a. Penghitungan harus dilakukan oleh pegawai yang tidak bertanggung jawab menyimpan persediaan
b. Harus ada kejelasan jumlah item persediaan dalam setiap setiap kemasan
c. Harus dilakukan penghitungan ulang oleh pihak independen (pemeriksa independen)
d. Setiap persediaan harus diberi label atau penomoran atau pengkodean sehingga memudahkan penghitungan
e. Harus ditunjuk seorang supervisor untuk menetapkan hasil akhir penghitungan fisik persediaan.
2. Penentuan Kepemilikan Barang
a. Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Untuk barang barang yang keberadaan dalam perjalanan, perlu penetapan hak kepemilikan barang tersebut. Kepemilikan barang ini sangat tergantung pada perjanjian jual beli yang telah disepakati antara penjual dengan pembeli. Ada 2 macam perjanjian
yaitu:
1. FOB Shipping Point
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli pada saat
barang keluar dari gudang penjual atau telah sampai pada perusahaan jasa pengiriman
barang.
Jadi barang yang berada dalam perjalanan merupakan milik pembeli sehingga pembeli harus memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan. Sedangkan bagi penjual barang dalam perjalanan tersebut tidak dimasukkan sebagai bagian dari persediaan mereka.

2. FOB Destination
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli pada saat barang sampai di gudang pembeli.
Jadi barang dalam perjalanan merupakan milik penjual, sehingga penjual harus memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan. Sebaliknya bagi pembeli barang dalam perjalanan tersebut tidak boleh diakui sebagai persediaan mereka.
b. Barang Konsinyasi (Consigned Goods)
Perusahaan perdagangan seringkali menjual barang yang bukan dibelinya sendiri dari pemasoknya tetapi merupakan titipan dari pihak lain. Pihak yang menitipkan barang ini (pemilik barang) disebut con-signor sedangkan pihak yang menerima titipan barang (pihak yang menjualkan) disebut dengan consignee.
Bagi consignor barang konsinyasi ini jika masih belum terjual maka harus dimasukkan sebagai persediaan mereka.


E.    PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN

Dalam penentuan nilai persediaan dapat digunakan beberapa metode, yaitu:
1.    Metode Harga Pokok Spesifik
Metode ini digunakan untuk persediaan yang dapat diidentifikasikan secara individu dan dapat ditentukan asal pembeliannya serta harga pokoknya sesuai dengan harga beli yang sesungguhnya. Metode ini seringkali digunakan oleh perusahaan yang menjual barang dengan harga mahal dan setiap barang memiliki identitas, seperti mobil.
Ilustrasi 1: Menentukan nilai persediaan dengan metode harga pokok spesifik.

    Mobil A    Mobil B    Mobil C
Pembelian     Rp 40.000    Rp 50.000    Rp 180.000
Penjualan     Rp 45.000    -    -

1) Jurnal untuk mencatat pembelian:
Pembelian (Mobil A) Rp 40.000,00
Pembelian (Mobil B) Rp 50.000,00
Pembelian (Mobil C) Rp 180.000,00
Kas ( Hutang) Rp 270.000,00
2) Jurnal untuk mencatat penjualan:
Kas ( Piutang ) Rp 45.000,00
Penjualan Rp 45.000,00
3) Menentukan persediaan akhir:
Mobil yang belum terjual adalah mobil B dan Mobil C yang nilai belinya
adalah:
Rp. 50.000,00 + Rp. 180.000,00 = Rp. 230.000,00
4) Melaporan Persediaan dalam neraca akhir:

Neraca akhir periode:
Persediaan (D)                                              Rp. 230.000,00

2.   Metode First In First Out (FIFO)/Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Di dalam metode ini biaya persediaan yang paling awal yang ada terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Dengan demikian barang yang ada dalam persediaan dianggap berasal dari pembelianpembelian sebelumnya dianggap telah dijual atau dikeluarkan.
Ilustrasi 2: Menentukan nilai persediaan dengan metode FIFO/MPKP.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta dalam bulan Januari 2002:
01/1 Saldo        10 unit  @ Rp 10.000,00
10/1 Pembelian    25 unit  @ Rp 20.000,00
20/1 Pembelian      5 unit  @ Rp 30.000,00
Total        40 unit
25/1 Penjualan     30 unit
31/1 Sisa di gudang     10 unit (dihitung secara fisik di gudang).
Harga Pokok Penjualan untuk 30 unit yang terjual adalah:
10 unit @ Rp. 10.000,00 + 20 unit @ Rp. 20.000,00

Maka nilai persediaan atas dasar metode FIFO adalah:
5 unit @ Rp. 20.000,00 = Rp. 100.000,00
5 unit @ Rp. 30.000,00 = Rp. 150.000,00
        Rp. 250.000,00


3.    Metode Last In First Out (LIFO)/Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)
Metode yang didasarkan pada anggapan bahwa biaya persediaan yang paling akhir yang akan terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Jadi metode LIFO adalah kebalikan dari metode FIFO.
Ilustrasi 3: Menentukan nilai persediaan dengan metode LIFO/MTKP.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta dalam bulan Januari 2002:
01/1 Saldo         10 unit @ Rp 10.000,00
10/1 Pembelian     25 unit @ Rp 20.000,00
20/1 Pembelian       5 unit @ Rp 30.000,00
Total         40 unit
25/1 Penjualan     30 unit
31/1 Sisa di gudang     10 unit (dihitung secara fisik di gudang)
Harga Pokok Penjualan untuk 30 unit yang terjual adalah:
5 unit @ Rp. 30.000,00 + 25 unit @ Rp. 20.000,00


Maka nilai persediaan atas dasar metode LIFO adalah:
10    unit @ Rp. 10.000,00 =               Rp. 100.000,00



4.    Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang
Dalam metode rata-rata tertimbang, biaya rata-rata barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual total kuantitasnya, atau dengan rumus:




Ilustrasi 4: Menentukan nilai persediaan dengan metode Rata-rata Tertimbang.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta bulan Januari 2000:
01/1 Saldo         10 unit @ Rp 10.000,00     = Rp. 100.000,00
10/1 Pembelian     25 unit @ Rp 20.000,00    = Rp. 500.000,00
20/1 Pembelian      5 unit  @ Rp 30.000,00      = Rp. 150.000,00
Total               40 unit                = Rp. 750.000,00
Harga Rata-rata Tertimbang = Rp. 750.000,00 = Rp. 18.750,00
                        40
25/1 Penjualan 30 unit @ Rp. 18.750,00
31/1 Sisa di gudang 10 unit (dihitung secara phisik di gudang)
Maka nilai persediaan atas dasar metode Rata-rata Tertimbang adalah:
10 unit @ Rp. 18.750,00 = Rp. 187.500,00

Pengaruh metode FIFO, LIFO, Rata-rata Tertimbang terhadap laba.
Misalnya, penjualan 30 unit @ Rp. 40.000,- maka dapat dibuat perbandingan berikut di bawah:

Keterangan
    FIFO
    LIFO
    Rerata
Tertimbang
Penjualan 30 unit @ Rp 40.000 per
unit    Rp 1.200.000,00    Rp 1.200.000,00    Rp 1.200.000,00
HP barang yang dapat dijual
(Persd.Awal + Pembelian)    Rp 750.000,00    Rp 750.000,00    Rp 750.000,00
Persediaan akhir 10 unit
(rumus dari metode masing-masing)    Rp 250.000,00    Rp 100.000,00    Rp 187.500,00

Harga Pokok Penjualan/ HPP
(HP barang yang dapat dijual- Persd.Akhir)    Rp 500.000,00
    Rp 650.000,00
    Rp 562.500,00

Laba kotor
(Penjualan-HPP)    Rp 700.000,00
    Rp 550.000,00
    Rp 637.500,00

Ringkasan pengaruh ketiga metode    Perpersediaan
akhir tertinggi
HPP terendah
Laba Kotor
    - Persediaan akhir terendah
- HPP tertinggi
- Laba Kotor terendah    Hasil berada diantara hasil
FIFO dan LIFO


Untuk keperluan pembukuan perusahaan, pemilihan antara metode FIFO, LIFO dan Rata-rata tertimbang tergantung pada kebijakan manajemen. Peraturan perpajakan di Indonesia hanya membolehkan metode FIFO atau rata-rata tertimbang.



AKTIVA TETAP

A.    PENGERTIAN A.T

Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki perusahaan yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu, sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta mempunyai nilai cukup material.

Aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.    Digunakan dalm kegiatan normal perusahaan, artinya tetap dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan bukan untuk dijual kembali (barang dagangan), atau investasi.
2.    Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan, dan nilai manfaatnya dapat diukur.
3.    Mempunyai nilai yang cukup material, artinya nilai/harga aktiva tersebut cukup tinggi. Misalnya: tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris, peralatan, kendaraan. Sedang aktiva yang nilainya relatif kecil, walaupun dapat digunakan dalam jangka panjang, tidak digolongkan sebagai aktiva tetap. Misalnya: pulpen, kalkulator, gunting.
4.    Memiliki wujud fisik.
B.    PENGGOLONGAN A.T

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan banyak jenisnya, untuk tujuan akuntansi maka perlu penggolongan aktiva tetap sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing-masing.
Menurut Harahap (2002:22) :
“Penggolongan aktiva tetap dibagi menjadi berbagai sudut, antara lain :
1.      Sudut Substansi, aktiva tetap dapat dibagi :
        a.       Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan.
        b.      Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, GB, Goodwill-Pattens, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
2.      Sudut Disusutkan atau Tidak
        a.       Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.
        b.      Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah.
3.      Berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut :
        a.       Lahan
        Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.
        b.      Bangunan Gedung
        Gedung adalah bangunan yang terdiri di atas bumi ini baik di atas tanah/ air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.
        c.       Mesin
        Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.
        d.      Kendaraan
        Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, traktor, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.
        e.       Perabot
        Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboraturium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.
        f.       Peralatan
    Peralatan yang dianggap merupakan  alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboraturium, inventaris gudang, dan lain-lain.
        g.      Prasarana
        Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, roil, pagar, dan lain-lain.”
Menurut Harnanto (2002:314) :

“Penggolongan aktiva tetap di bagi menjadi tiga kelompok atau bagian yaitu :

1.      Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah tanah yang dipakai sebagai tempat kedudukan bangunan pabrik, bangunan gedung, dan bangunan kantor.
2.      Aktiva berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaan telah berakhir. Termasuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan alat pabrik, mebel dan perlengkapan kantor, dan kendaraan.
3.      Aktiva tetap yang umur dan masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah habis. Termasuk dalam kelompok ini adalah sumber alam, seperti tambang.”

C.    Masalah – Masalah Akuntansi untuk A.T

Secara garis besar masalah-masalah akuntansi aktiva tetap dapat
digolongkan menjadi 4, yaitu :
1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap
2. Biaya selama aktiva tetap dipakai
3. Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap
4. Pelepasan aktiva tetap

    Penentuan harga perolehan aktiva tetap

Di dalam Pasal 10 UU PPh diatur beberapa ketentuan yang terkait dengan penentuan harga perolehan atau harga penjualan yang mengakibatkan adanya pengalihan harta, berikut uraiannya :

1.    Jual beli
a.    Tidak ada hubungan istimewa
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli
harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima,

b.    Terdapat hubungan istimewa

Harga perolehan atau harga penjualan, dalam hal terjadi jual beli harta yang di dalamnya terdapat hubungan istimewa antara pihak yang melakukan transaksi jual beli, adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
2.    Tukar menukar
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

3.    Likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha

Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

4.    Hibah, bantuan, sumbangan, warisan

Apabila terjadi pengalihan harta dalam bentuk hibah, bantuan, sumbangan
a.    yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh (Artinya, tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pemberi dan penerima), dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b.    yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh (Artinya, ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penquasaan antara pemberi dan penerima), dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dan harta tersebut.
5.    Pengalihan harta sebagai setoran modal

Apabila terjadi pengalihan harta sebagai pengganti penyertaan saham, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf c UU PPh, dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

    Biaya selama aktiva tetap dipakai

Revenue Expenditure

Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau koperasi yang masa
manfaatnya kurang dari satu tahun.
Jurnal :

Maintenance exp.       Rp. Xx

Repair exp.                 Rp. Xx

    Cash Rp. Xx

a.    Capital Expenditure

Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau koperasi yang masa
manfaatnya lebih dari 1 tahun dan biasanya :
- Umur ekonomis Aktiva tersebut bertambah
- Kapasitas aktiva bertambah
- Kualitas aktiva bertambah

Misalnya :

- Betterment ( penggantian besar-besaran )
- Replecement ( Penggantian sebagian )
- Additions ( penambahan-penambahan ).




Keterangan :

-    Apabila akibat dari Capital Expenditure tersebut hanya menambah umur ekonomisnya saja, tetapi kapasitas dan kualitas dari aktiva tetap tersebut
tidak bertambah, maka dijurnal sebagai berikut :

Accumulated depr. Rp. xx

Cash Rp. Xx

-    Apabila akibat dari Capital Expenditure tersebut menambah kapasitas atau
kualitas dan umur ekonomis, maka dijurnal sebagai berikut :

Fixed Assets Rp. xx

Cash Rp.xx

    Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap

Penyusutan adalah salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap. Di mana aktiva tetap akan cenderung mengalami penurunan fungsi. Pengertian penyusutan menurut penalaran umum adalah cadangan yang akan diperuntukan untuk membeli aktiva baru guna menggantikan aktiva lama yang tidak produktif. Sedangkan pengertian menurut akuntansi, penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap ke dalam harga pokok produksi, atau biaya operasional yang disebabkan penggunaan aktiva tetap tersebut.

Aktiva tetap akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode berikutnya, jadi nilai kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke periode berikutnya, kecuali tanah. Misalnya adalah mesin yang dibeli untuk ektivitas operasi perusahaan seharga 12.000.000 dan setelah 6 tahun ke depan nilai dari mesin tersebut mengalami penyusutan menjadi Rp. 7.000.000.

Dalam suatu periode tertentu apabila sudah digunakan atau dimanfaatkan maka nilai aktiva tetap akan mengalami penurunan. Aktiva tetap yang nilainya tidak akan berkurang, bahkan nilainya cenderung bertambah atau semakin tinggi adalah tanah. Seiring dengan bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami penambahan atau semakin tinggi.

Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap yang disebabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut. Penyusutan dikenal juga dengan istilah depresiasi yaitu pengalokasian aktiva tetap yang disebabkan adanya penurunan nilai dari aktiva tetap tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi, diantaranya metode metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode menurun berganda, metode satuan jam kerja dan metode satuan hasil produksi.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai metode penyusutan aktiva tetap, sebaiknya Anda pahami dulu beberapa istilah berikut ini:

1. Harga perolehan (harga barang + biaya-biaya yang menyertainya)

2. Harga buku aktiva tetap (harga perolehan – akumulasi penyusutan aktiva tetap)

3. Nilai residu disebut juga dengan nilai sisa yaitu perkiraan nilai aktiva tetap setelah dipakai sesuai umur ekonomisnya.

4. Umur ekonomis adalah batas waktu penggunaan barang atau perkiraan usia barang.

Beberapa istilah di atas akan mempermudah dalam memahami metode penyusunan aktiva tetap. Berikut penjelasan dan pembahasan beeberapa jenis metode penyusutan aktiva tetap:

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Garis Lurus

Istilah lain dari metode garis lurus adalah straigt line method, di dalam metode ini beban penyusutan aktiva tetap pertahunnya akan sama sampai akhir umur ekonomis aktiva tetap tersebut.


Rumusnya:

Penyusutan =   Harga perolehan - nilai residu
                            -----------------------------------
                                     umur ekonomis

Dapat juga dicari dengan cara lain:

- Menghitung tarif penyusutan tiap tahun
 
 Tarif penyusutan =           100 %
                                            -----------------
                                            umur ekonomis

- Menghitung beban penyusutan tiap tahun

  Beban penyusutan = tarif penyusutan x (harga perolehan – nilai residu)

- Menghitung nilai buku aktiva tetap

   Harga buku aktiva tetap = harga perolehan – akumulasi penyusutan

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurun Ganda
Istilah lain dari metode ini adalah Double Declining Balance Methode. Di dalam metode ini, penyusutan aktiva tetap dapat ditentukan melalui persentase tertentu yang dicari dari
harga buku pada tahun bersangkutan. Untuk menghitung persentase penyusutan dapat diperoleh dengan mengalikan persentase penyusutan yang diperoleh dengan metode garis lurus dikalikan angka 2. Jadi besarnya persentase penyusutan 2 kali dari persentase atau tarif penyusutan metode garis lurus.

Rumus:
Penyusutan = [2 x (100% : umur ekonomis)] x harga buku aktiva tetap.

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Jumlah Angka Tahun

Istilah dari metode ini adalah sum of the years digit method, besarnya penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode jumlah angka tahun mengalami penurunan jumlah tiap tahunnya.




Rumus:

Penyusutan=     sisa umur penggunaan
                            ---------------------------- x (harga perolehan - nilai residu)
                                jumlah angka tahun

Keterangannya:

- Sisa umur penggunaan diperoleh = semisal umur ekonomisnya adalah 5 tahun, maka untuk tahun pertama sisa umur penggunaan berjumlah 5 (lima), sedangkan tahun kedua berjumlah 4 (empat), dan begitu seterusnya.

- Jumlah angka tahun diperoleh = semisal umur ekonomisnya adalah 5 tahun, maka perhitungan jumlah angka tahunnya 1+2+3+4+5=15

- Harga buku aktiva = harga perolehan dikurangi nilai residu

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan Jam Kerja

Istilah lainnya adalah Service Hours Method, penetapan beban penyusutan aktiva tetap dalam metode ini di dasarkan pada jam kerja yang bisa dicapai dalam periode yang bersangkutan.

Rumus:

- Beban penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x tarif penyusutan tiap jam

- Tarif penyusutan per jam = (harga perolehan - nilai residu) / jumlah total jam kerja penggunaan aktiva

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan Hasil Produksi

Istilah lainnya adalah Productive Output Method. Di dalam metode ini penetapan beban penyusutan aktiva tetap didasarkan pada jumlah satuan produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.

Rumus:

- Beban penyusutan per tahun= jumlah satuan produk yang dihasilkan x tarif penyusutan per produk

- Tarif penyusutan per satuan produk = (harga perolehan – nilai residu) / jumlah total produk yang dihasilkan.

Dapat disimpulkan bahwa:

Penyusutan adalah proses pengurangan nilai aktiva tetap yang disebabkan oleh beberapa faktor sebagai akibat penggunaan aktiva tetap tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah faktor usia. Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung besarnya beban penyusutan adalah metode garis lurus, metode menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode satuan jam kerja, dan metode satuan hasil produksi.

Setelah perhitungan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah mencatat beban penyusutan aktiva tetap. Proses pencatatan ini akan dilakukan di akhir periode akuntansi dengan dilengkapi bukti transaksi berupa memo yang di dalamnya memuat adanya ayat jurnal penyesuaian yang menjelaskan adanya penyusutan jumlah saldo periode tersebut.


Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:

- Beban penyusutan aktiva tetap  xxxx (debet)
            - Akumulasi penyusutan aktiva tetap  xxxx (kredit)

Atau

- Beban penyusutan aktiva tetap  xxxx (debet)
            - Aktiva tetap yang bersangkutan  xxxx (kredit)

Catatan:

Apapun metode dan jenis aktiva yang digunakan, yang paling penting adalah:

1. Terapkanlah dengan konsisten apapun metode yang digunakan.

2. Apabila perusahaan menganggap perlu adanya perubahan atas metode penyusutan yang dipakai, ada baiknya mencantumkan di dalam penjelasan mengenai sistem akuntansi yang dipakai dalam laporan keuangan dan disertai dengan alasannya.

    Pelepasan aktiva tetap

Aktiva tetap yang tidak lagi digunakan oleh sebab kejadian yang
luar biasa seperti kebakaran dan bencana alam lainnya dapat di
lepaskan
dengan cara dibuang, dijual, atau ditukar tambah dengan
aktiva tetap
lainnya.
1.    Penjualan Aktiva Tetap
Penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan membawa
konsekuensi logis yakni adanya laba dan rugi atau impas. Laba penjualan
aktiva dapat terjadi bila harga jual melebihi nilai buku aktiva tetap. Rugi
penjualan aktiva terjadi bila harga jual lebih rendah daripada nilai buku
aktiva tetap, sedangkan impas terjadi bila harga jual sama dengan nilai
buku aktiva tetap. Jurnal untuk mencatat penjualan aktiva tetap adalah
sebagai berikut:
              Kas..........................................xxxx
Akumulasi penyusutan aktiva tetap.....xxxx
Aktiva tetap....................................xxxx
2.    Tukar tambah Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang tidak layak lagi digunakan dapat ditukar dengan
aktiva tetap baru yaitu dengan menyerahkan aktiva tetap lama dan
menambah uang kas
atas kekurangan harga tukar tambah aktiva tetap
tersebut. Dalam hal tukar tambah, perusahaan juga bisa laba atau rugi.
Apabila nilai buku aktiva tetap tersebut lebih kecil dari nilai tukarnya, maka
perusahaan akan mendapat laba. Sedangkan rugi terjadi
apabila nilai buku lebih besar dari nilai tukar aktiva tetap.
Jurnal untuk mencatat tukar tambah aktiva tetap adalah sebagai berikut:
a.    Bila laba/rugi diakui:
Aktiva tetap (baru)..................xxxx
Akm.peny.aktiva tetap..............xxxx
Laba penjualan aktiva tetap...............xxxx
Aktiva tetap (lama)............................xxxx
Kas.....................................................xxxx
b.    Bila laba/rugi tidak diakui:
Aktiva tetap (baru).........................xxxx
Akm.peny.aktiva tetap.....................xxxx
Aktiva tetap (lama)........................xxxx
Kas...........................................xxxx

Pembuangan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang tidak lagi memilki nilai ekonomis boleh dibuang
oleh perusahaan. Apabila hal ini terjadi, maka perusahaan akan
mengalami kerugian.

Jurnal untuk mencatat pembuangan aktiva tetapadalah sebagai berikut:
Rugi karena pembuangan............xxxx
Akm.peny.aktiva tetap.................xxxx
Aktiva tetap.....................................xxxx

D.    PENENTUAN HARGA PEROLEHAN
Di dalam Pasal 10 UU PPh diatur beberapa ketentuan yang terkait dengan penentuan harga perolehan atau harga penjualan yang mengakibatkan adanya pengalihan harta, berikut uraiannya :

2.    Jual beli
c.    Tidak ada hubungan istimewa
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli
harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima,

d.    Terdapat hubungan istimewa

Harga perolehan atau harga penjualan, dalam hal terjadi jual beli harta yang di dalamnya terdapat hubungan istimewa antara pihak yang melakukan transaksi jual beli, adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
2.    Tukar menukar
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

3.    Likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha

Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

4.    Hibah, bantuan, sumbangan, warisan

Apabila terjadi pengalihan harta dalam bentuk hibah, bantuan, sumbangan
a.    yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh (Artinya, tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pemberi dan penerima), dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b.    yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh (Artinya, ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penquasaan antara pemberi dan penerima), dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dan harta tersebut.
5.    Pengalihan harta sebagai setoran modal

Apabila terjadi pengalihan harta sebagai pengganti penyertaan saham, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf c UU PPh, dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

E.    DEPRESIASI

Penyusutan adalah salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap. Di mana aktiva tetap akan cenderung mengalami penurunan fungsi. Pengertian penyusutan menurut penalaran umum adalah cadangan yang akan diperuntukan untuk membeli aktiva baru guna menggantikan aktiva lama yang tidak produktif. Sedangkan pengertian menurut akuntansi, penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap ke dalam harga pokok produksi, atau biaya operasional yang disebabkan penggunaan aktiva tetap tersebut.

Aktiva tetap akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode berikutnya, jadi nilai kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke periode berikutnya, kecuali tanah. Misalnya adalah mesin yang dibeli untuk ektivitas operasi perusahaan seharga 12.000.000 dan setelah 6 tahun ke depan nilai dari mesin tersebut mengalami penyusutan menjadi Rp. 7.000.000.

Dalam suatu periode tertentu apabila sudah digunakan atau dimanfaatkan maka nilai aktiva tetap akan mengalami penurunan. Aktiva tetap yang nilainya tidak akan berkurang, bahkan nilainya cenderung bertambah atau semakin tinggi adalah tanah. Seiring dengan bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami penambahan atau semakin tinggi.

Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap yang disebabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut. Penyusutan dikenal juga dengan istilah depresiasi yaitu pengalokasian aktiva tetap yang disebabkan adanya penurunan nilai dari aktiva tetap tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi, diantaranya metode metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode menurun berganda, metode satuan jam kerja dan metode satuan hasil produksi.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai metode penyusutan aktiva tetap, sebaiknya Anda pahami dulu beberapa istilah berikut ini:

1. Harga perolehan (harga barang + biaya-biaya yang menyertainya)

2. Harga buku aktiva tetap (harga perolehan – akumulasi penyusutan aktiva tetap)

3. Nilai residu disebut juga dengan nilai sisa yaitu perkiraan nilai aktiva tetap setelah dipakai sesuai umur ekonomisnya.

4. Umur ekonomis adalah batas waktu penggunaan barang atau perkiraan usia barang.


AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Karakteristik Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Kegiatan produksi, apabila digambarkan akan nampak seperti di bawah ini:


Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.

Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur

Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan beban pokok produksi.

Persediaan (Inventory)

Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga macam, yakni:
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.

Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)

Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih sebagian selesai di awal periode, barang-barang yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk tenga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.

Contoh biaya overhead pabrik adalah:

(1) bahan pembantu (kadangkadang disebut: bahan tidak langsung (indirect materials) misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel);
(2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor;
(3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair);
(4) listrik, air telepon dan lainlain.


























Ketiga jenis biaya manufaktur ini dapat dihubungkan dan dilihat keterkaitannya dengan memperhatikan bagan yang diilustrasikan di bawah ini.


Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)

Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini  seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur.

Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)

Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik

Bab ini tidak akan membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada proses akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan perusahaan manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian, sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman minimal yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada sebuah perusahaan manufaktur.


Bahan Baku (Raw Materials)

Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.

Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)

Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.

Biaya Overhead Pabrik (Overhead)

Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.

Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )

Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan beban pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di antara buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan kapan masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.



HUTANG JANGKA PANJANG
Adalah semua kewajiban perusahaan yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi, yang akan dilunasi dengan menggunakan sumber-sumber yang bukan digolongkan sebagai aktiva lancar.
Utang jangka panjang ini, umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana dalam merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan, misalnya ; penambahan modal kerja permanent, pembelian mesin-mesin atau aktiva tetap baru, perluasan pabrik, akuisisi, afiliasi, pelunasan hutang jangka panjang lain yang segera jatuh tempo, dll.
Utang jangka panjang, dapat berupa :
a.    Utang Obligasi (Bond Payable)
b.    Utang Hipotik (Mortgage Notes Payable)     suatu jenis pinjaman (utang) jangka panjang dengan jaminan benda-bemda tidak bergerak
c.    Wesel Bayar Jangka Panjang (Long Term Notes)
d.    Perjanjian-perjanjian dengan pembayaran angsuran (Installment Payment Contract)

Dalam Akuntansi Keuangan Menengah 2A, Utang jangka panjang yang akan dibahas hanya Utang Obligasi.  Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa masalah dalam akuntansi yng timbul terkait dengan utang obligasi, diantaranya adalah :
1.    Adanya perbedaan cara pelunasan obligasi
2.    Prosedur penentuan harga penempatan obligasi
3.    Adanya perbedaan antara harga penempatan obligasi dengan harga nominalnya
4.    Prosedur amortisasi premium obligasi / diskon obligasi
5.    Pelunasan obligasi
6.    Konversi obligasi dengan surat-surat berharga lainnya.

UTANG OBLIGASI
adalah surat utang yang berisikan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang telah ditentukan dan disertai dengan pembayaran bunga secara berkal dengan jumlah yang telah ditentukan.
Keuntungan-keuntungan mengeluarkan obligasi :
1.    Pemegang obligasi (bondholders) tidak dapat mengatur jalannya perusahaan
2.    Biaya bunga yang dikeluarkan relatif lebih kecil dari bunga saham
3.    EPS lebih tinggi dibandingkan apabila perusahaan mengeluarkan saham
4.    Biaya bunga dapat digunakan untuk mengurangi laba sebelum pajak.

Kerugian-kerugian apabila mengeluarkan obligasi :
1.    Biaya bunga akan menjadi beban tetap bagi perusahaan pertahunnya
2.    Obligasi memiliki hak untuk melikuidasi perusahaan

Jenis-jenis obligasi :
a.    Berdasarkan waktu jatuh tempo    :
•    Obligasi Biasa (Term Obligasi)
•    Obligasi Berseri (Serial Bond)
b.    Berdasarkan Jaminan    :
•    Obligasi yang dijamin (Secured Bond)
•    Obligasi yang tidak diberi jaminan (Unsecured Bond)
c.    Berdasarkan Bentuk    :
•    Obligasi atas nama (Registered Bond)
•    Obligasi atas tunjuk (Beaner / Coupon Bond)
d.    Berdasarkan sifatnya yang dapat ditukar dengan saham    :
•    Obligasi yang dapat ditukar dengan saham (Convertible Bond)
•    Obligasi yang tidak dapat ditukar dengan saham (Callable Bond)

Metode Pencatatan Obligasi
Utang obligasi haris dicatat sebesar nilai nominal dari obligasi itu sendiri.
Aturan penempatan obligasi perusahaan :
1.    Tunai
harga penempatan obligasi dapat ditentukan berdasarkan kurs yang berlaku atau  berdasarkan tingkat bunga efektif rata-rata yang diinginkan oleh investor
2.    Ditukar dengan aktiva tetap / surat berharga lain
harga penempatan obligasi berdasarkan harga pasar obilgasi perusahan tersebut.  Apabila harga pasarnya tidak diketahui, maka harga penempatan obligasi berdasarkan pada harga pasar atau harga taksiran aktiva tetap / surat berharga lain yang diperoleh.
3.    Penempatan obligasi melalui pemesanan



Metode pencatatan obligasi :
1)    Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang terjual
    Neraca hanya menginformasikan besarnya Utang Obligasi pada suatu saat tertentu
    saja
2)    Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang diotorisasikan / diterbitkan.
    Neraca mampu memberikan informasi tentang :
a.    Besarnya nilai obligasi yang diterbitkan
b.    Besarnya nilai obligasi yang belum terjual
c.    Besarnya Utang Obligasi pada saat itu

Prosedur Amortisasi Premium dan Diskon Obligasi

Premium Obligasi     : selisih lebih antara hasil bersih penempatan obligasi dengan nilai                         nominalnya.
Diskon Obligasi       : selisih kurang antara hasil bersih penempatan obligasi dengan                         nilai nominalnya.
Metode Amortisasi Premium atau Diskon Obligasi :
1.    Metode Garis Lurus
2.    Metode Bunga Efektif Rata-rata

Pencatatan Utang Obligasi (pencatatan selama masa obligasi)
1)    Jurnal transaksi penerbitan obligasi
2)    Jurnal transaksi pembayaran bunga obligasi
3)    Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akutansi, yang terdiri dari :
•    Jurnal penyesuaian terkait dengan beban bunga obligasi yang belum dibayar
•    Jurnal penyesuaian terkait dengan amortisasi premium atau diskon obligasi
•    Jurnal pembalikan setiap awal periode berikutnya
•    Jurnal transaksi pelunasan obligasi



Penarikan Obligasi sebelum tanggal jatuh tempo

Alasan :
1)    Penarikan obligasi dengan tujuan sebagai pelunasan obligasi
2)    Penarikan obligasi dengan tujuan untuk mempengaruhi harga pasar obligasi dan atau untuk mengurangi beban utang jangka panjang untuk sementara waktu.  Obligasi ini akan dijual kembali pada saat yang tepat.

OBLIGASI KONVERSI
    adalah obligasi yang sejak awal diterbitkannya,dinyatakan sebagai obligasi yang suatu saat dapat ditukar dengan saham biasa perusahaan.
Pendekatan akuntansi atas obligasi konversi :
1.    Transaksi konversi obligasi diperlakukan sebagai transaksi pelunasan obligasi dengan menggunakan saham sebagai alat pembayarannya.
2.    Transaksi konversi obligasi diperlakukan sebagai transaksi penempatan saham (modal saham), sedangkan obligasi yang diterima kembali diperlakukan sebagai alat pembayar yang diterima.

MODAL SAHAM

Modal saham merupakan jenis modal yang hanya terdapat dalam perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) yang diperoleh dengan cara menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak tertentu atau kepada masyarakat umum. Tingkat kepemilikan pemegang saham terhadap perusahaan tergantung seberapa besar bagian saham yang dikuasainya.
Jenis – jenis saham
            PT dapat menerbitkan satu jenis saham atau lebih, bila perseroan ahnya menerbitkan satu jenis saham saja, maka saham – saham yang diterbitkan itu adalah saham biasa. Jenis – jenis saham yang dapat diterbitkan oleh PT :
1.    Dilihat dari ada tidaknya nominal saham
1.    Saham dengan nilai nominal : saham yang padanya tercantum adanya nilai nominal
2.    Saham tanpa nilai nominal : saham yang padanya tidak tercantum adanya nilai nominal
3.    Dilihat dari hak yang melekat pada saham :
1.    Saham biasa : saham yang tidak mempunyai hak istimewa dalam pembagian deviden dan pembagian kekayaan perusahaan bila perusahan dilikuidasi
2.    Saham prioritas : saham yang mempunyai hak istimewa untuk didahulukan dalam hak pembagian deviden atau pembagian kekayaan perusahaan bila likuidasi.

PENJUALAN SAHAM SECARA LUMPSUM
            Disamping dijual secara individual atau per jenis saham, penjualan saham juga dapat dilakukan secara bersamaan dalam satuan paket/ slot ( lumpsum ), yang mana dalam setiap paket saham yang dijual terdapat lebih dari satu jenis saham. Bila saham dijual secara lumpsum, maka sahan – saham yang berbeda – beda tersebut dijual dalam satu harga jual, oleh sebab itu perlu ada suatu perlakuan akuntansi untuk mendistribusikan hasil penjualan saham – saham tersebut ke masing – masing jenis saham.
Pendistribusian hasil penjualan saham dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1.    Bila harga pasar masing – masing saham diketahui, maka pendistribusian hasil penjualan dilakukan berdasarkan perbansingan harga pasar masing – masing jenis saham
2.    Bila salah satu jenis saham yang diketahui harga pasarnya, maka sebesar harga pasar saham yang diketahui harga pasarnya didistribusikan sebagai hasil penjualan sahma yang bersangkutan, sedangkan sisanya didistribusikan untuk hasil penjualan saham yang tidak diketahui harga pasarnya
3.    Bila masing – masing saham tidak diketahui harga pasarnya, maka pendistribusian hasil penjualan saham belum bisa dilakukan hingga diketahuimya harga pasar masing – masing saham atau salah satu jenis saham, mana yang dahulu.
ASSESSMENT
            Merupakan pungutan tambahan pada pemegang saham. Pungutan ini pada umumnya dimaksudkan untuk menaikkan nilai ekuitas perusahaan tanpa harus melakukan emisi saham baru ataupun rekapitalisasi modal saham. Pencatatan assessment ini tergantung pada harga penjualan saham semula, yaitu :

1.    Bila saham semula dijual dengan harga dibawah nilai nominalnya, maka assessment diperlakukan sebagai pengurangan dari diskon saham. Berkurangnya diskon saham ini secara otomatis akan menaikkan nilai ekuitas perusahaan dengan jurnal :
            Kas                                                      Rp. XXX
                        Diskon saham                                                 Rp. XXX
Kredit pada perkiraan diskon saham ini maksimal sebesar nilai diskon yang terbentuk pada saat penjualan saham. Apabila kas yang diperoleh dari assessment melebihi dari nilai diskon saham maka sebesar kelebihannya tersebut dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan tambahan” sehingga jurnal yang dibuat :
            Kas                                                      Rp. XXX
                        Diskon saham                                                 Rp. XXX
                        Modal pungutan tambahan                            Rp. XXX
2.    Bila saham semula dijual dengan harga tidak dibawah nilai nominalnya, maka assessment langsung dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan tambahan” sehingga jurnal yang dibuat :
            Kas                                                      Rp. XXX
                        Modal pungutan tambahan                            Rp. XXX
PEMBERIAN HAK BELI SAHAM KEPADA PEMBELI SURAT BERHARGA JENIS LAIN
            Pemberian hak beli saham kepada pembeli surat berharga jenis lain dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada pembeli surat berharga tersebut untuk membeli saham perusahaan. Hak beli saham tidak mempunyai nilai nominal tetapi pada hak beli saham tersebut tercantum nilai hak pembelian saham.

Hak beli saham yang diberikan kepada karyawan
            Sebagai bentuk apresiasi positif perusahaan kepada karyawan, perusahaan adakalanya memberikan stock option, yaitu hak yang diberikan kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hak khusus kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan dengan harga khusus selama jangka waktu tertentu.
            Niali hak beli saham yang diberikan kepada karyawan adalah sebesar selisih antara harga pasar saham – saham pada saat hak beli saham diberikan dengan harga jual saham menggunakan hak beli saham. Sebesar nilai beli saham tersebut dikapitalisasikan pada laba ditahan. Dengan begitu maka jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pengeluaran hak beli saham yang diberikan kepada karyawan adalah :
            Laba ditahan                                                  Rp. XXX
                        Hak beli saham beredar                                             Rp. XXX

LABA YANG DITAHAN dan DIVIDEN

Pengertian dan bentuk-bentuk laba ditahan dan deviden
Dividen didefinisikan sebagai:
•    Pembagian keuntungan kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki (Baridwan, 1997: 37).
•    Sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 127).
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen disebut dividen payout ratio (Riyanto, 1995: 266) dimana semakin tinggi tingkat dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Hal ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Apabila dividen tidak dibagikan, bisa jadi investor mempersepsikan bahwa perusahaan kekurangan dana, yang menyebabkan harga saham akan turun.
Bentuk-Bentuk Dividen
Bentuk-bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan adalah sebagai berikut (Baridwan, 1997: 434):

a. Dividen Kas (dividen tunai)

Dividen ini merupakan dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan, dimana pembayarannya dilakukan setahun sekali. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar dapat membayar dividen ini:
•    Laba ditahan yang mencukupi
•    Kas yang memadai
•    Tindakan formal dari dewan komisaris

b. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan ataupun barang dagangan.

c. Dividen Utang (Scrip Dividend)
Dividen utang ialah janji yang tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

d. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi ialah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal.

e. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan saham yang dimilikinya.

Prosedur Pembayaran Dividen
Prosedur pembayaran dividen adalah sebagai berikut (Wacana, 1996: 98):

a. Tanggal Pengumuman
Direksi mengadakan rapat, misalnya tanggal 15 November. Pada hari tersebut, mereka mengeluarkan pengumuman yang kira-kira berbunyi sebagai berikut:
“Pada tanggal 15 November 20X1 Direksi dari perusahaan ABC mengadakan rapat dan menyatakan pembayaran dividen per kuartal sebesar Rp 50,00 per saham, ditambah dengan dividen ekstra sebesar Rp 75,00 per saham kepada pemegang saham yang tercatat per tanggal 15 Desember. Pembayaran akan dilakukan pada 2 Januari 20X2.

b. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham
Tanggal pencatatan pemegang saham biasanya pada tanggal 15 Desember, dimana pada tanggal ini perusahaan menutup buku pencatatan pemindahtanganan dan membuat daftar dari pemegang saham per tanggal tersebut.

c. Tanggal Pemisahan Dividen
Hak untuk memperoleh dividen akan tetap melekat pada saham sampai empat hari sebelum tanggal pencatatan saham. Pada hari keempat sebelum tanggal pencatatan, hak dividen tidak lagi melekat pada saham. Tujuannya: menghindari keterlambatan pemberitahuan pemilik saham baru kepada perusahaan.

d. Tanggal Pembayaran
Pada tanggal 2 Januari sebagai tanggal pembayaran perusahaan akan mengirimkan cek kepada pemegang saham yang tercatat sebagai pemegang saham.
Dividen tunai
Dividen tunai merupakan:
•    Keputusan untuk membagi keuntungan berupa dividen kepada pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi di masa depan.
•    Bagian integral dari perusahaan.
Dividen tunai menentukan penempatan laba, yaitu antara membayar kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Kebijakan ini berkaitan dengan penentuan pembagian laba bersih antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dan digunakan perusahaan sebagai LABA DITAHAN.

Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham (Wacana, 1996: 97). Nilai saham akan maksimal jika terjadi keseimbangan antara dividen saat ini dan laba ditahan.
Ada dua alasan bagi perusahaan untuk tidak membagikan dividen yaitu:
1.    Keadaan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius sehingga tidak memungkinkan untuk membayar dividen.
2.    Adanya kebutuhan dana yang sangat besar karena investasi yang sangat menarik sehingga harus menahan seluruh pendapatan untuk membelanjai investasi tersebut. Untuk mengambil keputusan seperti ini perusahaan harus dapat menerangkan alasan secara sangat hati-hati kepada para investor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen tunai (Riyanto, 1994: 202) yaitu:
•    Posisi likuiditas perusahaan, dimana semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
•    Kebutuhan dana untuk membayar hutang yang berasal dari laba, maka hal ini mengakibatkan semakin kecil kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen.
•    Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal, maka perusahaan dapat menetapkan pembayaran dividen yang tinggi.
•    Pengawasan terhadap perusahaan oleh para pemegang saham.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar